Senin, 04 Juni 2012

kesehatan reproduksi pria


TANGGUNG JAWAB PRIA DALAM KESEHATAN REPRODUKSI
Kesehatan reproduksi bukanlah semata menjadi tanggung jawab Isteri. Akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama antara suami Isteri. Karena hak reproduksi adalah hak pria dan wanita. Tanggung jawab seorang Pria/ Suami dalam Kesehatan Reproduksi meliputi tanggungjawab dalam beberapa hal :
1.    Tanggung jawab Pria/ Suami dalam KB
a.      Bersama Isteri merencanakan jumlah dan jarak kelahiran anak
b.      Bersama dengan Isteri berupaya untuk mendapatkan informasi tentang KB sejelas mungkin dari sumber yang dapat di pertanggung jawabakan
c.       Bersama dengan Isteri memilih kontrasepsi yang cocok dan menentukan kontrasepsi yang akan digunakan
d.      Bersama Isteri mengatasi kegagalan dan komplikasi akibat KB
2.    Tanggung Jawab Pria/ Suami dalam keluarga yang baru menikaha.    Pria/ Suami perlu mendapat informasi tentang hak reproduksi
b.    Pria/ Suami membantu Isteri mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang baik
c.    Pria/ Suami memberikan kesempatan dan menghargai pengambilan keputusan dari Isteri dalam memperoleh pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi
d.    Pria/ Suami memiliki hak dan peluang yang sama dengan Isteri untuk menjadi pengguna kontrasepsi
e.    Pria/ Suami bertanggung jawab dalam menghindarkan diri dari Infeksi Menular Seksual ( IMS) termasuk HIV/ AIDS
f.     Apabila terjadi infertilitas, maka Pria/ Suami dan Isteri perlu memeriksakan kesehatan reproduksinya.
3.    Tanggung jawab Pria/ Suami saat Isteri Hamila.    Pria/ Suami perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan kesehatan maternal
b.    Pria/ Suami perlu mengetahui tentang terjadinya kehamilan
c.    Pria/ Suami perlu memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap Isteri pada saat hamil
d.    Pria/ Suami perlu mengetahui apa yang dapat membahayakan kesehatan Ibu  dan Janin
e.    Pria/ Suami perlu mengetahui makanan yang baik bagi Ibu hamil
f.     Pria/ Suami perlu mengetahui apa yang disebut dengan 4 Terlalu
    • terlalu muda untuk hamil/melahirkan
    • terlalu tua untuk melahirkan
    • terlalu sering melahirkan
    • terlalu dekat jarak antara kehamilan sebelumnya dengan kehamilan berikutnya
g.    Pria/Suami perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan 4 Terlambat, yaitu :
    • Terlambat mengetahui tanda-tanda bahaya pada kehamilan
    • Terlambat memutuskan untuk memperoleh pertolongan persalinan
    • Terlambat sampai ketempat pelayanan 
    • Terlambat mendapatkan pertolongan medis
4.    Tanggung jawab Pria/Suami dalam keluarga, pasca Isteri melahirkan·         Pria/Suami perlu mengetahui tindakan apa yang dilakukan terhadap bayi yang dilahirkan kurang bulan
·         Pria/Suami perlu mengetahui mengapa bayi baru lahir sering terkena tetanus
·         Pria/Suami perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan masa nifas serta hal-hal yang perlu diperhatikan pada masa tersebut
·         Pria/Suami perlu mengetahui seluk beluk tentang ASI
5.    Tanggung jawab Pria/Suami dalam Pola Asuh·         Pria/Suami perlu mengetahui tumbuh kembang balita, anak dan remaja
·         Pria/Suami dapat memberikan informasi kepada anak-anaknya tentang alat reproduksi pria dan wanita
·         Pria/Suami dapat memberikan informasi bagi anak remajanya tentang perilaku seksual yang beresiko dan akibatnya
·         Pria/Suami dapat sebagai sumber informasi tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV dan AIDS bagi anak remajanya.
6.    Tanggung jawab Pria/Suami, ketika Isteri menopause·         Memahami dan memberi ketenangan kepada Isteri bahwa suatu saat haid akan berhenti dan tidak bisa hamil lagi.
·         Memahami bahwa secara fisik akan ada perubahan dan penurunan dari sebelumnya, seperti : kulit semakin kasar, berkerut, timbul rasa panas, tegang, pegal-pegal.
·         Memahami secara psikologis Isteri akan mudah tersinggung, marah-marah, kecewa, dan sebagainya yang merupakan tindakan tidak menyenangkan bagi suami dan anak-anak.
Dengan meningkatnya pengetahuan pria dan tanggung jawabnya pria dalam kesehatan reproduksi maka akan meningkatkan kesadaran pria dalam ikiut berpartisipasi aktif dalam program KB terutama KB Pria. (YP)
 

kesehatan reproduksi wanita


pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi muda. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab :
1. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan dengan fungsi reproduksinya
2. Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung dan dilahirkan.
3. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatas namakan “pembangunan” seperti program KB, dan pengendalian jumlah penduduk.
4. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasionaldiantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai kesehatan reproduksi dan kependudukan (Beijing dan Kairo).
5. Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang memutuskan atas tubuhnya sendiri.
Definisi Kesehatan Reproduksi Wanita.
Berdasarkan Konferensi Wanita sedunia ke IV di Beijing pada tahun 1995 dan Koperensi Kependudukan dan Pembangunan di Cairo tahun 1994 sudah disepakati perihal hak-hak reproduksi tersebut. Dalam hal ini (Cholil,1996) menyimpulkan bahwa terkandung empat hal pokok dalam reproduksi wanita yaitu :
  1. Kesehatan reproduksi dan seksual (reproductive and sexual health)
  2. Penentuan dalam keputusan reproduksi (reproductive decision making)
  3. Kesetaraan pria dan wanita (equality and equity for men and women)
  4. Keamanan reproduksi dan seksual (sexual and reproductive security)
Adapun definisi tentang arti kesehatan reproduksi yang telah diterima secara internasional yaitu : sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan proses reproduksi. Selain itu juga disinggung hak produksi yang didasarkan pada pengakuan hak asasi manusia bagi setiap pasangan atau individu untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, penjarakan anak, dan menentukan kelahiran anak mereka.
Indikator Permasalahan Kesehatan Reproduksi Wanita.
Dalam pengertian kesehatan reproduksi secara lebih mendalam, bukan semata-mata sebagai pengertian klinis (kedokteran) saja tetapi juga mencakup pengertian sosial (masyarakat). Intinya goal kesehatan secara menyeluruh bahwa kualitas hidupnya sangat baik. Namun, kondisi sosial dan ekonomi terutama di negara-negara berkembang yang kualitas hidup dan kemiskinan memburuk, secara tidak langsung memperburuk pula kesehatan reproduksi wanita.
Indikator-indikator permasalahan kesehatan reproduksi wanita di Indonesia antara lain:
  1. Jender, adalah peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis kelaminmenurut budaya yang berbeda-beda. Jender sebagai suatu kontruksi sosialmempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena peran jender berbeda dalam konteks cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga berbeda-beda.
  2. Kemiskinan, antara lain mengakibatkan:
    • Makanan yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi
    • Persediaan air yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan yang tidak layak.
    • Tidak mendapatkan pelayanan yang baik.
  3. Pendidikan yang rendah.
Kemiskinan mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan. Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi juga jender berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya. Minimal dengan mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat mencari liang, merawat diri sendiri, dan ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat.
  1. Kawin muda
Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada wanita masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepas tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya. Ini berarti wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi pada saat persalinan. Di samping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari wanita yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah, pada akhirnya akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan pengambilan keputusan.
  1. Kekurangan gizi dan Kesehatan yang buruk.
Menurut WHO di negara berkembang terrnasuk Indonesia diperkirakan 450 juta wanita tumbuh tidak sempurna karena kurang gizi pada masa kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa suami dan anak laki-laki mendapat porsi yang banyak dan terbaik dan terakhir sang ibu memakan sisa yang ada. Wanita sejak ia mengalami menstruasi akan membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang keluar. Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar dari kebutuhan pria. Di samping itu wanita juga membutuhkan zat yodium lebih banyak dari pria, kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok yang membahayakan perkembangan janin baik fisik maupun mental. Wanita juga sangat rawan terhadap beberapa penyakit, termasuk penyakit menular seksual, karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka yang berbeda dengan pria. Salah satu situasi yang rawan adalah, pekerjaan wanita yang selalu berhubungan dengan air, misalnya mencuci, memasak, dan sebagainya. Seperti diketahui air adalah media yang cukup berbahaya dalam penularan bakteri penyakit.
  1. Beban Kerja yang berat.
Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh waktu.